Sabtu, 08 April 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN : INTELIGENSI




I. PENGERTIAN INTELIGENSI

Menurut Santrock, inteligensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalam hidup sehari-hari. Perbedaan individual adalah cara dimana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Kita bisa berbicara tentang perbedaan individual dalam hal kepribadiannya dan dalam bidang – bidang lain, namun inteligensilah yang paling banyak diperhatikan dan dipakai untuk menarik kesimpulam tentang perbedaan kemampuan murid.
Berikut beberapa ahli yang mengemukakan pengertiannya mengenai inteligensi, yaitu:
- Menurut Terman, Inteligensi adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
- E. L Thorndike berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan dalam memberikan respon yg baik dari pandangan kebenaran atau  fakta.
- MeWechsler berpendapat bahwa inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang utk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif.
- Flynn berpendapat inteligensi adalah kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Menurut Saifudin Azwar, diterangkan bahwa secara tradisional, angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dengan rasio (Quotient) dan diberi nama Intelligence Quotient (IQ). IQ dapat mengalami perubahan yang dapat berupa kenaikan atau penurunan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh W.S Winkel bahwa: “IQ dapat mengalami kenaikan atau penurunan dalam batas-batas tertentu, seperti batas kurun waktu dan umur anak. Akan tetapi perubahan tersebut tidak bersifat mencolok, artinya hasil testing pada saat tertentu dan hasil testing beberapa waktu kemudian memiliki variasi yang kecil”

II. TES INTELIGENSI

Berikut bebearapa contoh tes inteligensi individu berdasarkan basis individual.
A. TES BINET
Binet dan mahasiswanya, Theopile simon menyusun skala 1905. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan menyentuh telinga, kemampuan menggambar desain berdasarkan ingatan, dan mendefinisikan konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yang merupakan level perkembangan mental individu yang yang berkaitan dengan perkembangan lain. 


  IQ = MA/CA x 100
 
 
            Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia menal seseoran dibagi dengan usia kronologisnya., dikalikan 100. Jadi rumusnya :


Tes ini memberi kesimpulan mengenai :
-          Jika usia mental sama dengan usia kronologis, IQ = 100
-          Usia mental dapat berbeda dengan usia kronologis
-          Bila usia mental di atas usia kronologis maka IQ > 100
-          Bila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100

B. SKALA WECHSLER
Tes lain yang banyak digunakan untuk menilai inteligensi murid dinamakan skala Wechsler, yang dikembangkan oleh David Wechsler. Selain menunjukkan IQ keseluruhan, David Wechsler memperkenalkan IQ verbal dan IQ Performance.
 Tes ini juga mencakup WPPSI-R: (Wechsler Preschool dan Primary Sale of Intelligence-Revised) untuk usia 4 – 6,5 tahun , WISC-R (Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised untuk  usia 6 – 16 tahun) dan WAIS-R (Wechsler Adult Intelligence Scale – Revised).

            Selain tes inteligensi individu, ada juga tes yang dilakukan secara berkelompok, yaitu :
-          Lorge-Thorndike Intelligence Tests
-          Kuhlman-Anderson Intelligence Tests
-          Otis-Lennon School Mental abilities

C. TES INDIVIDUAL VERSUS TES KELOMPOK
Tes Individual
Tes Kelompok
-       Kurang ekonomis
-       Pemahaman murid akan
 lebih baik
-       Dapat menyusun laporan
 individual
-       Dapat mengukur tingkat
 kecemasan murid
-       Lebih nyaman bagi anak
-       Ekonomis
-       Pemahaman murid mungkin
 terbatas
-       Tidak dapat disusun
 laporan individual
-       Tidak dapat mengukur
 tingkat kecemasan murid


DAFTAR PUSTAKA 
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Universitas of Texas at Dallas

0 komentar:

Posting Komentar