A homepage subtitle here And an awesome description here!

Sabtu, 01 Juli 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN: MANAJEMEN KELAS (MENGELOLA KELAS)

PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS

Menurut Ahmad (1995) dalam Mts An-Nur Tempo menyatakan pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa belajar dengan baik sesuai kemampuan. Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapanbahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.


PENTINGNYA PENGELOLAAN KELAS

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (charles, 2002; Everston, Emmer, & Worsham, 2003). Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan tetang cara terbaik mengelola kelas. Pandangan sebelumnya lebih menekankan perbuatan dan penerapan peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih mengfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubugan dan kesempatan untuk meregulasi diri. Tren terbaru saat ini dalam pengelolaan kelas menempatkan lebih banyak penekanan pada pembimbingan siswa kearah disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara eksternal. Menurut sejarah manajemen kelas, guru dianggap sebagai pemimpin. Namun, dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru dianggap sebagai pembimbing, koordinator, dan fasilitator (Kaufman dalam John, 2009).


MEMULAI DENGAN BENAR

Salah satu kunci untuk mengelola kompleksitas adalah mengelola hari – hari pertama dan minggu – minggu awal masa sekolah secara cermat dan hati – hati. Kita harus menggunakan masa – masa ini untuk menyampaikan aturan dan prosedur yang kita gunakan kepada kelas dam mengajak murid bekerja sama untuk mematuhina serta mengajak murid terlibat aktif dalam semua aktivitas pembelajaran.

Dengan membangun ekspektasi, aturan, dan aktivitas rtin di minggu – minggu awal ini akan membantu memperlancar kegiatan kelas dan mempermudah pengembangan lingkungan kelas yang posiif.


MEMUSATKAN PERHATIAN PADA TINGKAH LAKU POSITIF

Anak-anak maupun dewasa mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian biasanya gemar melamun secara berlebihan. Kendati demikian, saat mereka berhasil memusatkan perhatian pada suatu hal, maka perhatian itu denga segera buyar kembali. Selain itu, gangguan pemusatan perhatian seriing ditandai dengan sikap selalu menyendiri, pendiam dan tidak menimbulkan keributan. Para penderitan semacam ini mungkin bias terus naik kelas tanpa perlu mendapatkan bimbingan khusus.
Menurut Derek (2007) jika mengamati keseluruhan penderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) pada diri anak-anak, sebagian besar diderita anak laki-laki gangguan sering diikuti dengan sikap hiperaktif. Gejala yang ditimbulkan hal semacam ini berupa misalnya gemar berperilaku sesuka hati, berlari-larian di jalan raya, melompat-lompat di atas sofa hingga hampir pingsan kehausan, tidak sanggup duduk tenang, berteriak-teriak dan memotong pembicaraan.
Dalam diri orang dewasa, tindakan hiperaktif sering tampak dalam wujud kegugupan  dan kegelisahan. Namun , masalah yang berkaitan dengan perhatian dan konsentrasi ini, terus berlanjut hingga mereka dewasa. Di tempat kerja, orang dewasa penderita ADHD sering mengalami yang berkaitan dengan penyusunan tugas dan penyelesaian pekerjaan. Mereka seolah-olah tidak mendengarkan atau tidak bersedika menikuti pengarahan. Pekerjaan mereka terlihat kacau dan terbengkalai.
Kesulitan dalam memusatkan  perhatian, baik yang disertai dengan sikap hiperaktif ataupun tidak, dianggap sebagai kesulitan belajar. Kendati demikian, kesulitan dalam memusatkan perhatian dapat mempengaruhi performa akademis seseorang secara serius, dimana gangguan ini kerap menyertai kelemahan dalam kemampuan akademis.
TUJUAN DAN STRATEGI MANAJEMEN KELAS
Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan yaitu :
  •  Membantu menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang  tidak diorientasikan pada tujuan.
  • Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.

MENDESAIN LINGKUNGAN FISIK KELAS

PRINSIP PENATAAN KELAS
  • kurangi kepadatan di tempat lalu lalang
  • pastikan bahwa kita dapat dengan mudah melihat semua murid
  • materi pegajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
  • pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas

GAYA PENATAAN
Penyusunan Ruang Kelas Standar
Menurut Renne dalam John (2009) penyusunan ruang standar sebagai berikut:

  • Pada gambar 1 menunjukkan sejumlah gaya penyusunan kelas Auditorium, off-set, seminar dan kelompok. Dalam gaya auditorium yang tradisional, semua siswa duduk menghadap guru (lihat gambar 1.A). Susunan ini mencegah kontak siswa secara behadap-hadapan dan guru bebas bergerak ke mana pun di dalam ruangan. Gaya Auditorium sering digunakan ketika guru memberi kuliah atau seorang mengadakan presentasi untuk seluruh kelas.
  • Dalam gaya berhadap-hadapan, siswa duduk menghadap satu sama lain (lihat gambar 1.B). gangguan dari siswa lain lebih tinggi dalam susunan inidari pada gaya auditorium.
  • Dalam gaya off-set, siswa dalam jumlah kecil (biasanya tiga atau empat) duduk disekitar meja, tetapi tidak duduk sembarangan secara langsung dari satu sama lain (lihat gambar 1.C). Gaya ini menghasilkan lebih sedikit gangguan dari pada gaya berhadap-hadapan dan bias efektif untuk belajar yang kooperatif.
  • Dalam gaya seminar, siswa dalam jumlah besar (sepuluh atau lebih)duduk dalam susunan sirkuler, segi empat atau berbentuk U (lihat gambar 1.D). Ini sangat efektif jika menginginkan para siswa untuk berbicara satu sama lain atau berbincang dengan guru.
  • Dalam gaya kelompok, siswa dalam jumlah kecil(biasanya empat sampai delapan) bekerja dalam kelompok kecil yang berdekatan (lihat gambar 1.E). Susunan inisangat efektif untuk aktivitas belajar yang kolaboratif.

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN YANG POSITIF UNTUK PEMBELAJARAN

Strategi Umum
  • Gaya manajemen kelas otoritatif, strategi ini akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan perilaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian pada murid serta akan menjelaskan aturan dan regulasi , menentukan standardengan masukan dari murid
  • Gaya manajemen kelas otoritarian, strategi ini merupakan gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah ketertiban kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid serta tidak melakukan banyak percakapan pada murid. Murid pada gaya manajemen kelas ini cenderung pasif, tidak mau membuuat inisiatif di kelas, damn memiliki keterampilan  komunikasi yang buruk
  • Gaya manajemen kelas yang permisif, strategi ini memberi banyak otonomi pada murid tetapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku murid. Murid pada kelas permisif cenderung mempunyai keahlian akadamik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

Mengelola Aktifitas Kelas Secara Efektif

Manajer kelas yang efektif ditandai dengan hal – hal sebagai berikut, yaitu:

  • Menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”
  • Mengatasi situasi tumpang-tindih secara efektif
  • Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN: TES STANDAR

PENGERTIAN TES STANDAR

Tes standar adalah tes yang dibakukan mengandung prosedur yang seragam untuk menentukan nilai dan administrasinya. Tes standar bisa membandingkan kemampuan murid dengan murid lain pada usia atau level yang sama dan dalam banyak kasus perbandingan ini dilakukan di tingkat nasional.


TUJUAN TES STANDAR

Tes standar bertujuan untuk :
  • Memberikan informasi tentang kemajuan murid
  • Mendiagnosis kekuatan dan kelemahan murid
  • Memberikan bukti untuk penempatan murid dalam program khusus
  • Memberikan informasi untuk merencanakan dan meningkatkan pengajaran atau instruksi
  • Membantu administrator mengevaluasi program
  • Memberikan akuntabilitas

KRITERIA TES STANDAR

1.Norma
Norma bertujuan untuk memahami kinerja murid individual dalam suatu tes, kinerjanya itu perlu dibandingkan dengan kinerja dari kelompok norma, yaitu kelompok dari individu yang sama yang sebelumnya telah diberi ujian oleh penguji.

2.Validitas
Validitas merupakan sejauh mana sebuah tes mengukur apa-apa yang hendak diukur dan apakah inferensi tentang nilai tes itu akurat atau tidak. Tes standar yang valid harus mengandung validitas isi yakni kemampuan tes untuk mencangkup sampel isi yang hendak diukur, validitas kriteria yakni kemampuan tes untuk memprediksi kinerja murid saat diukur dengan penilaian atau kinerja lain, dan construct validity yaitu sejauh mana ada bukti bahwa sebuah tes mengukur konstruk tertentu. Sebuah konstruk adalah ciri atau karakteristik yang tidak bisa dilihat dari seseorangseperti intelegensi, gaya belajar, personality, atau kecemasan.

3.Reliabilitas
Realibilitas merupakan sejauh mana sebuah prosedur tes bisa menghasilkan nilai yang konsisten dan dapat direproduksi. Reliabilitas dapat diukur dengan beberapa cara, antara lain:
  • Test-retest reliability: sejauh mana sebuah tes menghasilkan kinerja yang sama ketika seorang siswa diberi tes yang sama dalam dua kesempatan yang berbeda
  • Alternate-forms reliability : reliabilitas ditentukan dengan memberikan bentuk yang berbeda dari tes yang sama pada dua kesempatan yang berbeda untuk kelompok murid yang sama dan mengamati beberapa konsistenkah skornya.
  • Split-half reliability : reliabilitas yang dinilai dengan membagi item tes menjadi dua bagian, seperti item bernomor genap dan ganjil.
4. Keadilan
Tes yang adil adalah tes yang tidak bias (unbiased) dan tidak diskriminatif. Tes tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti gender, etnis, atau faktor subjektif seperti bias penilai.

JENIS TES STANDAR

Ada dua tipe utama tes standar yaitu:
  • Tes kecakapan (aptitude), tes ini di desain guna memprediksi kemampuan  murid untuk mempelajari suatu keahlian atau menguasai sesuatu dengan pendidikan dan training tingkat lanjut. Tes kecakapan mencakup tes kemampuan mental umumseperti tes inteligensi (Starford-Binet, Weschler Scales, dan sebagainya).
  • Tes Prestasi (achievment), tes ini bertujuan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau keahlian apa yang telah dikuasai murid.


Jenis-Jenis Tes Prestasi Standar

Tes prestasi standar diantaranya :
  • Survey batteries, hal ini merupakan sekelompok tes pokok persoalan individual yang didesain untuk murid level tertentu dan banyak digunakan.
  • Specific subject tests, tes ini merupakan tes yang menilai suatu keahlian secara lebih mendetail dan ekstensif daripada survey battery.
  • Diagnostic tests , tes ini bertujuan untuk menentukan kebutuhan pembelajaran spesifik dari murid sehingga kebutuhan itu dapat dipenuhi melalui instruksi reguler atau remedial.

PERAN GURU DALAM UJIAN STANDAR

1. Mempersiapkan murid untuk mengikuti tes standar
Penting bagi semua murid untuk diberi kesempatan mengeluarkan apa yang terbaik dari diri mereka, salah satu caranya adalah memastikan murid punya keahlian mengerjakan tes yang baik.

2. Menjalankan tes standar
Kebanyakan ujian standar mengungkapkan secara rinci cara tes tersebut dilaksanakan, diantaranya adalah cara mengatur ruang tes, apa yang harus dilakukan oleh murid saat mengerjakan tes, bagaimana mendistribusikan lembar soal dan jawaban, dan bagaimana mengatur waktu tes.

3. Memahami dan menginterpretasikan hasil tes
Kemampuan anda untuk memahami dan menginterpretasikan tes standar akan berguna jika anda mengadakan pertemuan dengan orang tua murid untuk membahas murid di kelas anda. Memahami statistik deskriptif, yang merupakan prosedur matematika yang dipakai untuk mendeskripsikan dan meringkas data (informasi) dengan cara yang bermakna.

4. Menggunakan tes standar untuk merencanakan dan meningkatkan instruksi

Tes standar yang diberikan setelah pengajaran dapat dipakai untuk mengevaluasi efektifivitas instruksi maupun pengajaran dan juga kurikulumnya.

PSIKOLOGI PENDIDIKAN: PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI

Pedagodi atau pedagogos berasal dari kata “paid” yang artinya “anak” dan agogos “ yang artinya “memimpin atau membimbing”. Dari kata yang telah dipaparkan tersebt, dapatlah kita simpulkan bahwa pedagogi adalah suatu ilmu dan seni  dalam mengajar anak – anak. Dengan kata lain, pedagogi adalah model pembelajaran yang diperuntukkan untuk masa kanak-kanak.

Sedangkan  antoim dari pedagogi,  yaitu andragogi merupakan teori yang menjelaskan metode spesifik yang harus digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Andragogi berlaku bagi segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill). Seni mengajar orang dewasa berlaku disemua tempat, ketika peserta didik atau warga belajarnya menunjukkan tanda-tanda kedewasaan yang baik. Andragogi mensyaratkan bahwa pelajar dewasa terlibat dalam identifikasi kebutuhan belajar mereka dan perencanaan bagaimana kebutuhan-kebutuhan tersebut bisa dipenuhi. Belajar bagi orang dewasa harus menjadi aktif, bukan proses pasif. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan seperti :

  • Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan
  • Pengajaran harus beorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal
  • Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang peserta didik yang berbeda danbahan ajar
  • Pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri
  • Memberi bantuan dan bimbingan ketika ada kesalahan yang dibuat

Asumsi-asumsi Knowles mengenai pembelajaran orang dewasa :
a)      kebutuhan untuk tahu
b)      konsep diri
c)      peran pengalaman belajar
d)     kesiapan untuk belajar
e)      orientasi belajar



Minggu, 09 April 2017

OBSERVASI : MANAJEMEN KELAS




I. IDENTITAS SEKOLAH :

Nama Sekolah : SMP Methodist-2 Medan
Alamat              : Jl. M. H Thamrin no.96, Medan Sumatera Utara-Indonesia
Telepon            : (061) 4565281
Fax                    : (061) 4567246
Email                : info @methodist2mdn.sch.id


PSIKOLOGI PENDIDIKAN : TESTIMONI PERKULIAHAN



Menurut saya perkuliahan yang saya jalankan dalam matakuliah Psikologi Pendidikan cukup menyenangkan. Para dosen sudah menjalankan teori dalam psikologi pendidikan itu sendiri dengan cukup baik. Proses belajar mengajar dilakukan pada jam rawan ngantuk dan lapar, tetapi kami sangat antusias dalam perkuliahan. Terlebih ketika bu Lita memberikan reward berupa coklat kepada kami. Lalu kami dibebankan tugas observasi ke sekolah, yang merupakan pengalaman baru dan menarik bagi saya. Mterdapat beberapa kesulitan, seperti kesulitan yang terjadi pada saat mendapatkan  izin dari sekolah dan bingung, karena sebelumnya kami juga tidak mendapat pengarahan yang jelas bagaimana melakukan observasi dari dosen, terlebih belum ada matakuliah observasi yang kami dapatkan.

Sabtu, 08 April 2017

PSIKOLOGI PENDIDIKAN : INTELIGENSI




I. PENGERTIAN INTELIGENSI

Menurut Santrock, inteligensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari, pengalam hidup sehari-hari. Perbedaan individual adalah cara dimana orang berbeda satu sama lain secara konsisten dan tetap. Kita bisa berbicara tentang perbedaan individual dalam hal kepribadiannya dan dalam bidang – bidang lain, namun inteligensilah yang paling banyak diperhatikan dan dipakai untuk menarik kesimpulam tentang perbedaan kemampuan murid.
Berikut beberapa ahli yang mengemukakan pengertiannya mengenai inteligensi, yaitu:
- Menurut Terman, Inteligensi adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
- E. L Thorndike berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan dalam memberikan respon yg baik dari pandangan kebenaran atau  fakta.
- MeWechsler berpendapat bahwa inteligensi sebagai totalitas kemampuan seseorang utk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif.
- Flynn berpendapat inteligensi adalah kemampuan berpikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman.
Menurut Saifudin Azwar, diterangkan bahwa secara tradisional, angka normatif dari hasil tes intelegensi dinyatakan dengan rasio (Quotient) dan diberi nama Intelligence Quotient (IQ). IQ dapat mengalami perubahan yang dapat berupa kenaikan atau penurunan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh W.S Winkel bahwa: “IQ dapat mengalami kenaikan atau penurunan dalam batas-batas tertentu, seperti batas kurun waktu dan umur anak. Akan tetapi perubahan tersebut tidak bersifat mencolok, artinya hasil testing pada saat tertentu dan hasil testing beberapa waktu kemudian memiliki variasi yang kecil”

II. TES INTELIGENSI

Berikut bebearapa contoh tes inteligensi individu berdasarkan basis individual.
A. TES BINET
Binet dan mahasiswanya, Theopile simon menyusun skala 1905. Tes ini terdiri dari 30 pertanyaan, mulai dari kemampuan menyentuh telinga, kemampuan menggambar desain berdasarkan ingatan, dan mendefinisikan konsep abstrak. Binet mengembangkan konsep mental age (MA) atau usia mental, yang merupakan level perkembangan mental individu yang yang berkaitan dengan perkembangan lain. 


  IQ = MA/CA x 100
 
 
            Tak lama kemudian, pada 1912 William Stern menciptakan konsep Intelligence Quotient (IQ), yaitu usia menal seseoran dibagi dengan usia kronologisnya., dikalikan 100. Jadi rumusnya :


Tes ini memberi kesimpulan mengenai :
-          Jika usia mental sama dengan usia kronologis, IQ = 100
-          Usia mental dapat berbeda dengan usia kronologis
-          Bila usia mental di atas usia kronologis maka IQ > 100
-          Bila usia mental di bawah usia kronologis maka IQ < 100

B. SKALA WECHSLER
Tes lain yang banyak digunakan untuk menilai inteligensi murid dinamakan skala Wechsler, yang dikembangkan oleh David Wechsler. Selain menunjukkan IQ keseluruhan, David Wechsler memperkenalkan IQ verbal dan IQ Performance.
 Tes ini juga mencakup WPPSI-R: (Wechsler Preschool dan Primary Sale of Intelligence-Revised) untuk usia 4 – 6,5 tahun , WISC-R (Wechsler Intelligence Scale for Children – Revised untuk  usia 6 – 16 tahun) dan WAIS-R (Wechsler Adult Intelligence Scale – Revised).

            Selain tes inteligensi individu, ada juga tes yang dilakukan secara berkelompok, yaitu :
-          Lorge-Thorndike Intelligence Tests
-          Kuhlman-Anderson Intelligence Tests
-          Otis-Lennon School Mental abilities

C. TES INDIVIDUAL VERSUS TES KELOMPOK
Tes Individual
Tes Kelompok
-       Kurang ekonomis
-       Pemahaman murid akan
 lebih baik
-       Dapat menyusun laporan
 individual
-       Dapat mengukur tingkat
 kecemasan murid
-       Lebih nyaman bagi anak
-       Ekonomis
-       Pemahaman murid mungkin
 terbatas
-       Tidak dapat disusun
 laporan individual
-       Tidak dapat mengukur
 tingkat kecemasan murid


DAFTAR PUSTAKA 
Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Universitas of Texas at Dallas